Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

10 Contoh "Tamsil" Sastra Lisan Ternate yang Sarat Makna



Masyarakat Ternate memiliki kekayaan sastra lisan yang unik, salah satunya adalah "Tamsil". Tamsil merupakan ungkapan yang mengandung nasihat dan petunjuk hidup,  sering kali dibalut dengan unsur keagamaan, dan disampaikan melalui perumpamaan atau kiasan.

Sebagai warisan budaya yang dijaga secara turun-temurun, tamsil tidak hanya mencerminkan kearifan lokal masyarakat Ternate, tetapi juga mengandung nilai-nilai universal yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Mari kita simak 10 contoh "Tamsil" yang dapat memberikan kita inspirasi dan pelajaran berharga.

1. Lule-lule katomahale, sibubu besa siwohe wange.

Artinya: Berguling-guling di tanah, mandi kehujanan kepanasan.

Tamsil ini menggambarkan perjuangan hidup seseorang yang penuh dengan tantangan dan kesulitan. Ia rela  mengorbankan kenyamanan dan menghadapi berbagai rintangan demi mencapai tujuannya.

2. Nage mapahala laho, pirara ena dadi kajoro.

Artinya: Siapa yang melakukan kebaikan, maka tanaman itu akan terpelihara.

Perumpamaan ini mengajarkan kita bahwa setiap perbuatan baik akan membuahkan hasil yang baik pula, layaknya tanaman yang dirawat dengan baik akan tumbuh subur dan berbuah lebat.

3. Tagi ngoko liba-liba, bajalan jao gudu kawasa.

Artinya: Kita berjalan pada jalan yang berliku, berjalan jauh terlampau jauh.

Tamsil ini menggambarkan perjalanan hidup manusia yang penuh dengan lika-liku dan tantangan.  Kita harus siap menghadapi rintangan dan tetap teguh dalam menjalani kehidupan.

4. Gudu moju si fosusa, seba se fowaje koa.

Artinya: Saking jauhnya makin susah, kalau sudah dekat mau bilang apa.

Tamsil ini menekankan pentingnya persiapan dan perencanaan yang matang dalam menghadapi segala sesuatu.  Jangan sampai kita menyesal di kemudian hari karena kurangnya persiapan.

5. Fala to mataka-taka, dego-dego to ruraka.

Artinya: Rumah yang aku tidak biasa memasukinya, malu menduduki kursinya.

Ungkapan ini mengajarkan kita untuk senantiasa bersikap hormat dan sopan, terutama ketika berada di lingkungan yang baru atau asing.

6. Ngori ngana, fangare iou.

Artinya: Kamu dan saya, kita semua sama.

Tamsil ini mengandung pesan tentang persamaan derajat dan pentingnya  menjalin persaudaraan antar sesama manusia, tanpa memandang perbedaan.

7. Ngona iou, ngori fangare.

Artinya: Engkau adalah saya, saya adalah engkau.

Melalui tamsil ini, kita diajarkan untuk  memiliki rasa empati dan saling memahami satu sama lain.

8. Laha ngone, laha ngana.

Artinya: Apa yang kamu lakukan, itu yang akan kamu terima.

Tamsil ini mencerminkan hukum sebab akibat. Segala perbuatan yang kita lakukan, baik atau buruk, akan kembali kepada diri kita sendiri.

9. Soma ma doka, soma ma jaga.

Artinya: Berbicaralah dengan baik, bertindaklah dengan bijak.

Tamsil ini mengajarkan kita untuk selalu bertutur kata dan berperilaku baik.

10. Toma ma lamo, toma ma sako.

Artinya: Belajarlah dari masa lalu, persiapkan diri untuk masa depan.

Pengalaman, baik suka maupun duka, merupakan pelajaran berharga yang dapat kita jadikan bekal untuk menghadapi masa depan.

Kearifan Lokal dalam Sastra Lisan Ternate

Tamsil-tamsil dalam sastra lisan Ternate tidak hanya sekadar ungkapan, tetapi juga cerminan nilai-nilai budaya dan ajaran kehidupan. 

Nilai-nilai universal seperti kerja keras, kesetaraan, dan kebijaksanaan terpancar jelas dalam setiap tamsil, membuatnya relevan dalam berbagai situasi.

Contoh "tamsil" sastra lisan Ternate ini menjadi bukti betapa kaya dan mendalamnya budaya lokal yang diwariskan secara turun-temurun. 

Tamsil ini tidak hanya mencerminkan kearifan lokal tetapi juga memberikan pelajaran hidup yang bermakna bagi siapa saja yang mendalaminya. Mari lestarikan kekayaan budaya ini untuk generasi mendatang!

Posting Komentar untuk "10 Contoh "Tamsil" Sastra Lisan Ternate yang Sarat Makna"