"Dorobololo" Sastra Lisan Ternate
Menggunakan peribahasa merupakan salah satu bentuk penyampaian maksud yang baik, tidak menyinggung atau membangkitkan amarah.
Bahkan pesan yang terkandung di dalamnya dapat meredahkan amarah, membangkitkan semangat dan juga menyadarkan bahkan meluluhkan hati orang yang mendengar.
Namun, pengguna atau penuturnya pun, sekali lagi, sepatutnya pandai memposisikan diri dan mempertimbangkan semua aspek yang terlibat dalam setiap pembicaraan.
Pengertian Dorobololo
Dorobololo adalah salah satu unsur atau bentuk sastra lisan Ternate yang tak kalah pentingnya berperan dalam kehidupan masyarakat Ternate baik dalam berinteraksi antar orang Ternate juga dengan penutur bahasa Ternate lainnya. Bentuk sastra lisan inilah yang justru lebih sering digunakan oleh masyarakat Ternate dalam berkomunikasi menyampaikan atau mengungkapkan pikiran dan perasaan kepada orang lain.
Dalam sastra Indonesia, biasa juga disebut dengan peribahasa atau sebutan lainnya adalah ungkapan tradisional. Sementara dalam bahasa Inggris disebut dengan proverb. Menurut Daryanto (1997) peribahasa adalah kalimat yang disusun indah (bahasanya), dan berisi sesuatu yang indah pula misalnya nasehat, petuah, seruan, ajakan untuk bersatu ataupun juga peringatan agar tidak melupakan kebaikan orang dan lain-lain.
Dari definisi peribahasa seperti yang dijelaskan di atas maka dapat dipahami bahwa peribahasa Ternate atau Dorobololo adalah suatu ungkapan tradisional masyarakat Ternate yang memiliki pesan dan ajaran tertentu dan pengungkapannya tanpa menyinggung perasaan orang lain yang menjadi tujuan pengungkapan nya.
Berikut beberapa Dorobololo atau ungkapan dalam sastra lisan ternate sebagai berikut:
1. Demo takabúr afa, dunyá ma gila moju.
Terjemahan:
Janganlah bertakabur bila berucap, dunia masih panjang.
Ungkapan ini, dengan jelas, berpesan kepada kita untuk tidak menghaturkan kata-kata yang tergolong takabur, karena segala sesuatu masih bisa berubah tanpa kita ketahui dan sangka. Manusia hanya berhak merencanakan sementara Tuhanlah yang menentukan segalanya.
Oleh karena itu, bila manusia bertakabur maka dia telah mencoba merampas hak Tuhan, dan tentunya akan membawa manusia itu pada kesengsaraan dan kegagalan. Takabur selalu dimiliki oleh orang-orang yang sombong dan suka membangga-banggakan diri sendiri, dan tidak akan disukai orang.
2. Guraci no ige ua karabanga no bonofo.
Terjemahan:
Kunyit yang bisa dimakan diabaikan, kunyit liar kau ambil.
Terkadang dalam hidup ini, orang selalu salah mengambil keputusan ataupun memilih sesuatu yang salah yang tidak semestinya diputuskan atau dipilih. Sesuatu yang bermanfaat dan sangat baik justru tidak dipilih atau diambil.
Pilihan yang dimaksud adalah pilihan dalam segala hal. Misalkan, dalam memilih pasangan hidup pun orang selalu menyesal dan mengklaim salah memilih, yang tidak dipilihlah yang dianggap yang terbaik. Kesadaran pun hadir setelah semuanya sudah terlanjur, yang tertinggal hanyalah penyesalan.
Begitu juga dalam hal politik, orang yang tidak dipilihlah yang kadang dianggap orang yang seharusnya dipilih untuk menjadi pemimpin. Itulah yang digambarkan dalam Dorobololo tersebut. Memilih sesuatu yang tidak semestinya dipilih.
3. Hotu nane kaitara siboi ma ira oro ma laha.
Terjemahan:
Semalam bermimpi, ambilkan yang baik dan buanglah yang buruk.
Dalam kebiasaan masyarakat Ternate, apabila seseorang bermimpi saat tidurnya, maka dianjurkan untuk tidak menceritakannya kepada orang lain.
Hal ini akibat rasa khawatir atas pemberian interpretasi/pemahaman orang yang keliru terhadap suatu mimpi yang ceritanya tidak menggembirakan, yang nanti akan berpengaruh pada suasana psikologis orang yang bermimpi tersebut.
Oleh karena itu, pada ungkapan ini dianjurkan kepada kita untuk tidak melihat hal-hal yang buruk dalam suatu mimpi, tetapi sepatutnya mengambil hal-hal baik sehingga suasana hati tetap tenang.
4. Nafsu se hawá ma bubang siksá.
Terjemahan:
Nafsu dan serakah membawa siksa.
Manusia adalah makhluk Tuhan yang memiliki nafsu. Nafsu dalam hal ini tidak hanya merujuk pada masalah biologis, namun nafsu yang dimaksudkan adalah suatu keinginan atau harapan yang tinggi untuk mencapai atau memiliki segala sesuatu dalam hidup.
Ungkapan ini menjelaskan dan menyarankan kepada kita untuk tidak menuruti hawa nafsu dan memiliki sifat serakah. Hal ini karena nafsu yang kita turuti dan keserakahan yang tertanam di dalam jiwa akan berakhir dengan penderitaan.
Hidup menjadi tidak tenang dan akan tersiksa. Hal ini sebagaimana sebuah Hadits yang diriwayatkan Ath-Thabrani yang menyatakan bahwa ada tiga perkara yang bisa membinasakan diri seseorang yaitu hawa nafsu yang dituruti, kekikiran yang dipatuhi dan seseorang yang membanggakan dirinya sendiri.
Namun, untuk tidak menuruti hawa nafsu bukanlah hal yang mudah, semudah menebarkan senyum atau membalikkan telapak tangan. Hal ini seperti yang juga diriwayatkan oleh Nabi Muhammad SAW bahwa perang terbesar dalam hidup manusia adalah perang melawan hawa nafsu.
5. Ngori daka si to ino, karana ni
budi se bahasa.
Terjemahan:
Dari jauh aku kesini karena
budi dan bahasa mu.
Budi dan bahasa sangat menentukan apakah orang menghormati dan menyayangi kita atau sebaliknya bahkan membenci kita. Kalau seseorang memiliki budi yang luhur dan menggunakan bahasa yang santun, maka orang itu sungguh layak untuk dihormati, disanjung dan sebagainya.
Namun, pada realita sekarang, kebanyakan orang dengan pengaruh perkembangan masa, sudah mulai menghormati orang karena latar belakang sosial atau ekonomi yang lebih tinggi, bukan karena keluhuran budi yang dimiliki dan kesantunan bahasa yang dipraktekan dalam hidup bermasyarakat.
Posting Komentar untuk ""Dorobololo" Sastra Lisan Ternate"